Sidoarjo, Wartapos.id – Pengujian test perangkat Desa Medaeng penuh tanda tanya? Di duga penuh rekayasa banyak kejanggalan yang terjadi di saat empat peserta mengikuti ujian test perangkat Desa, karena ujian test ini sudah ada penundaaan 7 bulan lamanya dengan alasan nunggu anggaran buat pelaksanaan ujar panitia Desa. Dari peserta yang akan mencalonkan Perangkat Desa ( Kasun ), ada empat orang dengan inisial. C.A, M.S.B, K, I.I , ada dua Dasun di Desa Medaeng yakni Dusun Medaeng dan Dusun Bungur, untuk pemilihan Kasun di Dusun Medaeng yang di adakan di Universitas Unesa di kampus B Lidah Surabaya Jumat ( 23/9/2022 ). Biasanya test penerimaan Perangkat Desa di adakan di BKN Regional 11 di Waru itu dari seluruh Desa yang ada di Sidoarjo, mengapa Desa Medaeng bersikukuh mengadakan test di Unesa. Dari empat peserta test di mulai pukul 09.00 Wib sampai 10.40 Wib yang di menangkan oleh Khuswandi di menit 10.15 Wib, angka terus merangkak naik terus per 2 menit dan unggul atas tiga rivalnya .
Salah satu kejanggalan yang dirasakan peserta ketika memasuki ruangan setiap peserta test, berjalan untuk memilih tempat duduk dan yang sudah di siapkan panitia dari Unesa yang sudah ada komputernya. Namun salah satu peserta inisial K, sudah menempati tempat duduk dari awal, padahal peserta inisial K ini untuk menyalakan komputer dan memasukkan user name dan password Nik aja tidak bisa, dan menyuruh penguji dari Unesa. Padahal aturannya panitia.penguji tidak di perbolehkan menyentuh komputer, namun hanya memberi tahu lisan saja, dan test itu seakan test RT saja, dan seharusnya tempat ujian harus steril, tidak boleh masuk yang tidak berkepentingan. Kenapa yang tidak berkepentingan bisa keluar masuk (bebas), salah satunya kepala Desa Zuri masuk ruangan, kemudian di susul dua orang dari BPD dan Perangkat Desa dengan memfoto foto peserta, di tambah panitia penguji yang dua orang duduk di belakang berisik dan juga memainkan komputer dan ini sangat mencurigakan dan tidak di benarkan aturannya, Rabu. ( 28/9/2022 ).
Ketika Wartapos di lapangan menghimpun data di Kepala Desa Medaeng Zuri, “Untuk pemilihan Kasun itu bukan Kepala Desa tapi panitia yang sudah terbentuk”. Saya hanya merekomendasi di Unesa, yang berpedoman pada Perbub No 55 tahun 2016, jika dari panitia tidak ada perubahan ya tetap pada ketetapan yang pertama di Unesa, dan untuk uang penyelenggara dan panitia Unesa pemilihan kasun yang di ambilkan dari dana APBDesa sebesar 15juta, “ujarnya. Dari awal penentapan sampai test pemilihan ya panitia yang menetapkan jadwalnya, bagi para calon yang merasa tidak puas atas ketidak puasan waktu test, di persilakan untuk menuntut.
Harapan salah satu peserta C.A, saya kecewa, saya merasa seakan sudah ada pengaturan. Dengan test ujian yang di adakan di Unesa, tingkat transparansinya kurang menyakinkan, kalau bisa saya mendorong Pemerintah Desa untuk mengadakan test tulis yang di awasi oleh beberapa unsur yang ada di Desa. Tanpa ada joki nanti siapa yang benar-benar cerdas dan bisa mengerjakan soal. Dan perlu penataan sistemnya. Dan kedepannya supaya Desa Medaeng dalam penerimaaan Perangkat Desa lebih baik, bersih dan bisa di percaya. ( tim )