JatimNganjukPelangi

Kirab Hasil Bumi Dan Tasyakuran Meriahkan Bersih Desa Sonoageng

Nganjuk, Wartapos.id – Dalam rangka bersih desa atau nyadran desa Sonoageng tahun 2024. Pemerintah desa Sonoageng bersama seluruh masyarakat desa Sonoageng menyelenggarakan pawai budaya, kirab hasil bumi, dan tasyakuran di makam ” Mbah Eyang Sahid dan Mbah Eyang Putri ” . Kirab hasil bumi ini diikuti oleh seluruh masyarakat desa Sonoageng yang memakai atribut khas Jawa. Dalam pawai tersebut warga membawa gunungan yang berisi hasil bumi / hasil panen, sayur-sayuran, buah-buahan dan palawija . Arakan arakan ini dimulai dari kantor desa Sonoageng menuju ke punden Desa Sonoageng dengan jarak kurang lebih 500 M, Kamis ( 18/07/24 ) .

 

 

Hadir dalam acara bersih desa Sonoageng kecamatan Prambon kabupaten Nganjuk Dr. Drs. H . Marhaen Djumadi, SE, SH, MM, MBA, beserta Trihandy Cahyo Saputro, camat Prambon Kuwadi, SH,MH, Kapolsek Prambon, Danramil Prambon, Kepala desa Sonoageng Suharto beserta perangkat desa, BPD, LPM, tokoh masyarakat, kader , RT/ RW dan seluruh masyarakat desa Sonoageng. Selain kirab hasil bumi dan tasyakuran di makam ” Mbah eyang Sahid ” , berbagai kegiatan di selenggarakan untuk memeriahkan bersih desa Sonoageng yaitu ada 23 kegiatan seperti wayang kayu, kentrung, wayang kulit , layar lebar, seni jaranan, orkes, drumband , pengajian umum dan doa bersama di setiap RT masing-masing.

 

 

Arak arakan Julen / wadah sudah menjadi tradisi turun temurun yang harus di lestarikan ini merupakan wujud syukur masyarakat desa Sonoageng kepada tuhan yang maha kuasa atas hasil panen padi, jagung , bawang merah dan buah buahan yang melimpah . Selain itu ada arak arakan ” makanan Apem ” itu merupakan pewaris dari nenek moyang desa Sonoageng yang mana orang yang sudah meninggal pasti ada makanan Apem untuk di jadikan rebutan atau berkah di makam Mbah eyang Sahid. Sedangkan jumlah Julen / wadah itu ada lima berupa hasil pertanian, apem, buceng / tumpeng, ayam panggang, dan buah buahan semua nya akan menjadi rebutan masyarakat desa Sonoageng yang tujuannya untuk mencari keberkahan.

 

 

Camat Prambon Kuwadi, SH, MH dalam sambutanya mewakili Pj Bupati Nganjuk Sri Handoko Taruna, S.STP, M.Si bersih desa / sedekah bumi desa Sonoageng sebagai upacara adat, memiliki makna spiritual di baliknya. Pertama bersih desa bertujuan untuk mengungkapkan syukur kepada Alloh SWT Tuhan yang maha esa atas hasil panen yang didapat. Bersih desa bertujuan untuk memohon perlindungan kepada leluhur sebagai penjaga sebuah desa. Bersih desa adalah untuk memohon berkah agar hasil panen berikutnya melimpah. Selain itu, bersih desa juga memuat tujuan solidaritas di dalamnya makanan yang menjadi santapan bersama adalah hasil warga itu sendiri. Dengan di adakan nya bersih desa Sonoageng ini masyarakat diberikan keberkahan, di berikan kesehatan jasmani, rohani dan hasil panen yang berlimpah, ” tuturnya ” .

 

 

Kepala desa Sonoageng Suharto menyampaikan kirab budaya dan kirab hasil bumi sudah di lakukan turun temurun oleh masyarakat desa Sonoageng setelah panen ke dua ( walik,an) kegiatan pawai budaya di mulai dari kantor desa Sonoageng sampai di makam ” Mbah eyang Sahid ” yang tujuannya seluruh masyarakat desa Sonoageng berdoa bersama sama memohon kepada yang maha kuasa agar masyarakat desa Sonoageng di berikan kesehatan, panjang umur, kemakmuran, kesejahteraan, hasil panen yang berlimpah ruah, dan masyarakat desa Sonoageng yang guyup dan rukun, ” ungkapnya ” .

 

 

” Lanjut kades, untuk mengingat jasa nya ” Mbah eyang Sahid” yang pertama kali menemukan / babat desa Sonoageng, merupakan wujud syukur kepada Tuhan yang maha kuasa atas rahmat, nikmat, dan hidayah nya yang di berikan kepada kita semua, untuk nguri – nguri budaya yang harus di lestarikan sampai akhir zaman nanti, dan memberikan contoh kepada generasi muda biar tahu bagaimana adat kita ini jangan sampai di lupakan oleh anak cucu kita, ” tandasnya ” .

 

 

” Sementara itu tokoh masyarakat desa Sonoageng Hariono Soleh saat di temui di sela sela acara menuturkan sejarah tentang desa Sonoageng bahwa pada zaman dahulu ” Mbah eyang Sahid ” berasal dari keraton Surakarta sekitar abad ke 16 – 17 an di sana dulu ada perebutan kekuasaan , Mbah eyang Sahid tidak mau merebutkan kekuasaan dan akhirnya meninggal kan kerajaan ada 3 penderek nya yaitu ” Mbah eyang Sahid, Mbah Putri, dan Mbah Wadad, dari nama nama tersebut adalah nama samaran biar tidak di ketahui oleh kerabat kerajaan , oleh sebab itu Mbah eyang Sahid meninggal kan keraton mengembara di suatu tempat di daerah Delangu, setelah itu ada seorang yang alim nama nya M. Said dan menimba ilmu di situ waktu sudah berlalu akhirnya dia di suruh mengembara ke arah timur tempat matahari terbit , setelah itu di suatu tempat mendapatkan Ilham terus berhenti di situ menjalankan Ilham tersebut, jelasnya ”

 

 

Pada waktu berteduh di bawah pohon besar pohon itu bernama pohon Sono yang artinya tempat dan Ageng berarti besar maka setelah perkembangan zaman akhir nya dinamakan desa Sonoageng . Dengan karomah dan ke iklasan beliau ” Mbah eyang Sahid banyak pejabat yang lahir dari desa Sonoageng . Dan akhirnya mbah eyang Sahid di makam kan di desa Sonoageng yang sebelah kiri mbah eyang Sahid dan yang sebelah kanan makam nya mbah eyang putri dan yang makam nya di selatan jalan itu makan nya Mbah Wadad, . Harapan kami dengan diselenggarakannya bersih desa / nyadran desa Sonoageng masyarakat nya di berikan ketentraman, banyak rejeki, dan mendapatkan hasil panen yang berlimpah ruah, ” pungkasnya ” . ( Uzi )

Berita Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button